BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS

waktuku hari ini


Get your own Digital Clock

Kamis, 30 Juni 2011

Film "Serdadu Kumbang" Media Introspeksi Bagi Guru

Film produksi Alenia selalu membuatku tergelitik untuk menontonnya. Nama Alenia adalah perpaduan nama Ari Sihasale dan Nia Zulkarnain. Alenia adalah perusahaan film milik mereka. Saya kagum terhadap kepedulian keluarga muda ini terhadap pendidikan dan anak-anak Indonesia. Ini dibuktikan dari film-film yang diproduksinya selalu bertemakan pendidikan dan anak-anak. Terlepas dari tendensi bisnis Alenia selalu mempersiapkan film-filmnya untuk liburan anak sekolah. Sisi positif dari penayangan saat libur sekolah adalah memberikan hiburan sekaligus pendidikan bagi anak-anak sekolah yang sedang berlibur.

Film ini berbicara tentang kemiskinan, pendidikan, siswa, guru, dan pemuka agama yang diwakili Papin seorang pemuka agama Islam yang berpengaruh. Cerita kemiskinan ditampakkan dari lingkungan Amek tokoh utama anak kelas VI SD yang hidup dengan ibu dan kakaknya Minun. Mereka bertiga hidup di rumah panggung yang tak layak dari sisi kesehatan. Rumah itu digunakan untuk tidur dan beristirahat malam hari. Sementara di bawah panggung digunakan untuk buka warung kecil sebagai mata pencaharian mereka.


Diceritakan ayah Amek adalah TKI di Malaysia yang sudah tiga tahun tidak pulang. Rindu Amek terhadap ayahnya sering digambarkan lucu, haru, dan sedikit konyol. Bagaimana ia harus menukar anak kambingnya dengan HP murahan hanya karena ingin segera menghubungi ayahnya. Sayangnya desa Mantar tempat tinggal mereka desa yang tidak ada sinyal telepon. "Saya beli pulsa dengan sinyalnya," kata Amek kepada penjual pulsa saat tahu kalau desanya sulit menangkap sinyal. Di tengan kekurangan itu kadang muncul kreatifitas kelompok seperti saat Amek, teman-teman, dan tetangganya menemukan solusi untuk menggunakan kabel TV yang dihubungkan dengan selulernya dan antena tv hanya untuk mencari sinya, tetapi toh akhirnya Amek gagal juga menghubungi ayahnya.

Sekali pun kondisi rumahnya memprihatinkan Amek memiliki kuda putih kesayangan "Semadeng" namanya. Kuda ini berjasa sekali karena selalu mengantarkan Amek berbelanja kebutuhan warung milik ibunya. Amek begitu terampil berbelanja dan di sini pula sutradara memberi tahu penonton bahwa Amek jago matematika. Kekonyolan lain di sini adalah saat Amek berbelanja salah satu item belanjanya adalah es batu. Saat pulang ia harus bertemu Pak Ketut yang mogok sepeda motornya. Jiwa peduli Amek muncul akhirnya dia bantu Pak Ketut dengan cara kuda, dia, dan teman-temannya difungsikan sebagai penarik sepeda motor dan Pak Ketut menaikinya. Dampak dari terlalu lamanya di perjalanan es pun mencair dan ibunya tak lagi bisa menjual es batu yang biasa dicampur sirup yang digemari anak-anak sekitar rumah Amek.


Kuda yang dicintainya sempat dirampas Pak Ruslan penjual jam karena merasa ditipu oleh ayah Amek yang baru beberapa hari pulang dari Malaysia. Karena hal ini Amek senpat jatuh sakit. Akhirnya kuda itu kembali ke tangan Amek dan keluarga berkat kepedulian dan kebeningan hati Minun yang rela tabungannya diambil untuk menebus kuda di Pak Ruslan.


Amek digambarkan anak Mantar yang suka menonton TV. Oleh masyarakat Mantar ia sering difungsikan sebagai jurnalis kampung. Sering muncul pertanyaan dari tetangganya, "Ada berita apa tentang negeri ini Amek?". Dan Amek akan menjawabnya dengan lancar kadang sering juga berbaur dengan imajinasinya. Hobbi nonton TV nya membuat ia lupa sholat dan terlambat mengaji. Dengan dialog cerdas Papin mengingatkan Amek untuk tidak meninggalkan sholat. Amek yang berbibir sumbing sangat berkeinginan menjadi penyiar TV. Mungkin karena kekurangan yang ada pada dirinya inilah yang membuat Amek tidak pernah mau menyebutkan cita-citanya saat gurunya bertanya.

Amek adalah murid kelas VI SD yang tahun lalu tidak lulus UN. Traumatis fihak sekolah (guru dan KS) terhadap kegagalan UN memberikan dampak pola perilaku beragam pada guru di sekolah itu. Pak Alim memaknai sukses UN dengan menegakkan disiplin kaku, panismen selalu diorientasikan dengan olah fisik lari, push up, berteriak, tanpa senyum. Tokoh ini diperankan Lukman Sardi cukup berhasil menjadi guru killer yang membuat murid tidak suka. Pak Alim guru menyebalkan. Namun ada bu guru Imbok yang cantik dan begitu peduli terhadap para siswanya. Kebaikan guru ini tidak hanya terhadap siswanya tetapi dengan tulus ia mengajarkan membaca bagi masyarakat sekitar yang masih buta huruf. Penggambaran perilaku guru yang ada di film ini beragam dan bisa untuk introspeksi bagi para guru yagmenontonnya.


Masalah UN di "Serdadu Kumbang" mendapat porsi lebih. Minun yang menjadi siswa kebanggaan sekolah karena pintar dan pernah menjuarai lomba matematika tingkat kabupaten harus kecewa karena gagal UN. Kekecewaannya membuat dia berlari dengan kudanya menuju pohon cita-cita. Pohon cita-cita adalah pohon besar tempat anak-anak bercengkerama sekaligus berimajinasi tentang cita-citanya. Hampir semua anak sekolah di desa Mantar menuliskan cita-citanya di dalam botol lalu digantungkan cabang dan ranting pohon ini. Kecuali Amek yang memang tidak pernah mau cita-citanya diungkapkan kepada orang lain. Di pohon inilah Minun terjatuh dan meninggal saat berusaha mengambil botol yang telah ia gantungkan sebelumnya. Tragis.


Pada akhir cerita Amek, Acan, Umbe tiga joki kecil dan bersahabat ini sukses UN. Ada pesan yang ingin disampaikan di film ini bahwa kemiskinan, keterpencilan desa Mantar, perilaku guru yang mengajar tanpa hati , dan keterbatasan lainnya bukan hal yang bisa mematikan motivasi dan cita-cita. Terima kasih Alenia.

Selasa, 28 Juni 2011

Sang Pengembara itu Tuna Wicara



Hari ini kurencanakan aku kembali ke kantor setelah dzuhur. Paginya aku masih mengikuti diskusi dan penutupan diklat yang sudah diikuti sejak Sabtu yang lalu. Setelah sampai di kantor kulanjutkan menyelesaikan laporan kegiatan rakor di Malang yang kuikuti seminggu lalu. Sayangnya, belum sempat aku duduk tumaninah mas skuriti memnghampiri mejaku dan menyodorkan dokumen klepper dengan sampul merah. Sambil menyodorkan dokumen klepper mas skuriti memberi penjelesan awal. Penjelasannya membuatku memahami dan semakin paham saat kubuka dokumen kleeper

Aku cukup paham ternyata map itu berisi tentang surat keterangan dari berbagai instansi pemerintah dan beberapa lembaga non pemerintah seperti KONI dan Kwarda Pramuka Jatim yang menyatakan bahwa si pembawa surat akan mengadakan perjalanan ke Jakarta. Selanjutnya saya lebih suka menyebut si pembawa surat dengan sebutan "Sang Pengembara". Surat keterangan itu dilengkapi dengan foto "sang pengembara" berseragam pramuka.

Aku cukup maklum mengapa yang dituju oleh mas sekuriti itu mejaku. Seragam pramuka sang pengembara itulah yang membuatnya menemuiku. Beberapa teman di kantor sudah menganggapku identik dengan semua yang berbau pramuka. Bagiku itu tidak masalah sekalipun tugas di kantorku tidak memiliki job deskripsi atau tupoksi yang berkaitan dengan kepramukaan. Cuma yang membuatku mengernyitkan kening adalah karena "sang pengembara" itu tuna wicara.

Aku sadar benar bahwa aku tidak menguasai bahasa isyarat. Akhirnya kuputuskan untuk menggandeng salah satu teman yang kuanggap berkemampuan dalam hal bahasa isyarat untuk menemui sang pengembara. Dengan bahasa isyarat yang minimalis dan dibantu teman tadi aku mencoba berkomunikasi dengan sang pengembara. Saat kuajukan pertanyaan, "Apa kamu mau sangu?" Saat kata sangu kuucapkan kulengkapi dengan isyarat ibu jari dan telunjukku kurekatkan dan kuperlihatkan kepadanya. Ternyata dengan tegas dan tanpa ragu sang pengembara menganggukan kepala tanda setuju.

Sebagai orang baru di kantor kutanyakan kepada temanku tadi disarankan untuk menemui pimpinanku langsung. Saat pimpinanku menyampaikan bahwa itu bisa dikonsultasikan dengan bendahara yang secara kebetulan juga merangkap bendahara kwartir pramuka Surabaya. Cukup lama aku menunggu karena beliau kelihatannya sedang menyelesaikan pekerjaan dengan anak-anak yang sedang PSG. Ya ... sabar menanti sekalipun aku tetap kepikiran dengan sang pengembara di luar ruangan. Akhirnya terjadi pula dialog kilat bendahara denganku. Intinya ia tidak berani mengeluarkan uang karena belum ada persetujuan dari ketua. Sarannya agar sang pengembara datang ke kantor kwarcab pramuka Surabaya. Ya ... kucoba memahami jawaban bendahara yang sudah sangat senior ini.

Saat kutemui kembali sang pengembara, kutuliskan alamat Kwarcab Pramuka Surabaya dengan bahasa isyarat kukatakan bahwa ia harus ke kwarcab pramuka Surabaya. Jawaban yang kuperoleh bahwa ia dari sana dan diminta untuk ke kantor ini. Mungkin ... kemungkinan ini prediksiku kwarcab menyarankan untuk datang ke kantor ini karena memang ada beberapa pengurus di kantor ini termasuk bendahara. Saran yang wajar memang.

Di pikiranku yang ada bahwa sang pengembara memang perlu bantuan uang saku. Agak sedikit lega saat persepsiku memberitahu kemungkinan surat-surat keterangan yang dibawanya saat diterima oleh sang pengembara juga sekaligus ia memperoleh uang saku. Ya ... mungkin itu untuk lebih menghibur dan mengalihkan fokusku dari kekhawatiran. Tetapi ada kekhawatiran lain sebenarnya yaitu bahwa ia seorang perempuan yang relatif masih muda adakah kondisi aman akan ia peroleh selama perjalanan?

Harapanku semoga ia akan memperolehnya. Aku teringat tadi pagi saat pulang diklat aku mendapat uang saku dari panitia diklat. Akhirnya kusisihkan sebagian kecil untuk sang pengembara. Hanya sebagian kecil. Kalau aku menuliskannya di sini bukan karena aku pamer atau ria tetapi lebih karena ingin menolongnya untuk segera melanjutkan perjalannya ke ibukota.

Akhirnya doaku untuk sang pengembara semoga selama perjalanan akan lancar karena keamanan utamanya untuk perempuan di negeri terjamin dan terpelihara. Semoga sampai di tujuan dengan selamat dan mmemperoleh kenangan indah selama perjalanan.. Selamat jalan.

Jumat, 17 Juni 2011

Selamat ya Alif , "You Are is The Best "


(Kado spesial untuk Ananda Alifa Akhmad Maulana siswa SDN Gadel II)


Selamat ya ...... Alif
Nilai yang kauraih terbaik di antara temanmu
Itu bukti bahwa kamu pintar
Semua bangga terhadapmu
Kamu memang pandai dan kamu is the best

Hingar bingar tentangmu tentang ibumu
Sesaat lalu merata di semua media tumpah ruah
Miris hati mendengar komentar dan opini bertebaran
Dalam keterdiaman, ada cemas untuk dirimu
Dalam keterdiaman, ada kekhawatiran akan perkembanganmu
Dalam keterdiaman, ada tanya adakah trauma singgah di anganmu?
Tapi bukankah kamu tenang di rumah nenek?

Hari ini hari istimewa bagimu
Pak Menteri jauh-jauh datang ke sekolahmu
Hadir pula banyak pejabat di tenda depan kelasmu
Namun rupanya kamu tak datang di ajang bagi rapor itu
Kamu memilih bermain bola di halaman rumah nenek
Itu hakmu Nak toh semua sudah memberitahumu
...... Nilaimu terbaik aku yakin kaupun bangga

Dalam waktu kurang setengah purnama
Dinamika yang kauterima fluktuatif menghentak
Sikap asertifmu membuat ibumu mengadu mencari rasa adil
Saat aduan itu direspon insan pemilik kepedulian
Sayangnya semua berbuah hujatan dan pendzoliman
Kuharap kamu tak tak tahu dan tak perlu tahu
Bermainlah dengan enjoy di halaman rindang rumah nenek

Kini tak ada lagi penghinaan
Berganti pujian untukmu untuk ibumu
Lambaian tangan persahabatan terjulur di setiap jendela tetangga
Sanjungan hampir semua lembaga bergengsi menyuarakan
Dan katanya pak presiden pun ingin menemuimu
Ya .... itu anugerah milikNya untukmu
Terimalah dengan kerendahan hati milikmu

Semoga sanjungan tidak membuatmu pongah
Semoga pujian tak membuatmu lupa
Semoga keterhinaan kemarin kaubalas dengan kebaikan
Semoga kaumaafkan mereka yang telah membuatmu luka
Semoga kau tetap hormat kepada guru-gurumu
Semoga kau tetap mencium tangan mereka dengan tulus
Semoga kau selalu ingat kepandaianmu adalah bagian dari jasa mereka

Nak, cobalah kaulanjutkan nyanyian ini .....
Kita jadi pandai menulis dan membaca
Karena siapa ................................................

Selasa, 14 Juni 2011

Terima Kasih Kaudengarkan Ceritaku

Rasa itu membuatku sulit bersapa

Keraguan dan galau menemani setiap langkah

Ada rasa gusar saat harus kubuka kendara

Tak kulihat siapa hanya gelap hitam kaca

Sempat ragu namun kubangkitkan sebuah daya

Wow ... akhirnya bertemu juga

Menyelinap segunung rasa suka

Histeria terasa ada dalam genggam ego kuasa

Semburat bahagia menepis linangan duka

Lelah perjalanan terasa sirna

Keindahan dalam jeda tak lama menjadi milik kita

Sahdu dan teduh merambah di selasar nurani

Selama ini galau milikku adalah cerita bagimu

Kaudengar dengan cermat setiap kata

Tak sedikit kernyit mata dan iba mewarnai rona

Cerita itu tak bisa banyak terucap

Rasa nyaman membuatku stagnan

Tercekat lidah berhenti berucap

Keluh seakan menghilang indah terasa

Diamku adalah rasa yang ada

Dua hati di satu sukma

Pendar lampu sisi suramadu tak terperhatikan

Terlelap di buaian kantuk tak terperi

Sejuk pendingin ruang semakin melelapkan

Kesendirianku ada dalam rengkuh kebersamaan

Lenyap sudah lelah

Sirna sudah kegalauan

Tegar kembali kuraih ... kugenggam

Teduh merasuk di relung terdalam

Tak pernah terlintas melepas

Terima kasih kaudengarkan ceritaku

Terima kasih kauhargai siapa pun aku

Terima kasih, terima kasih, terima kasih