BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS

waktuku hari ini


Get your own Digital Clock

Senin, 16 September 2013

Belajar dari Kasus Tabrakan Maut Dul Maia Dhani

Sebenarnya saya menahan diri untuk tidak menulis tentang kaus kecelakaan maut yang dialami Dul atau AQJ anak terkahir dari Maia dan Dhani. Saya juga tidak harus menceritakan siapa kedua orang tuanya  terlalu sangat populer rasanya hanya buang-buang waktu.  semua orang hampir mengenalnnya.

Usia Dul 13 tahun usia di persimpangan. Usianya  masih di posisi antara masa anak-anak yang harus ditinggalkan sementara gerbang remaja yang ia masuki masih belum sepenuhnya ia kenal. Dapat diibaratkan satu kaki Dul masih berada di masa anak-anak sedanggkan satu kaki lagi sudah ada di gerbang masa remaja. Pada tahapan ini Dul masih menjadi pengembara untuk mencari identitas diri, Sayangnya pencarian identitas ini harus ia lakukan lebih banyak sendiri tanpa pendampingan kedua orang tuanya. Kita tahu kedua orang tuanya telah bercerai.

Mari kita cermati waktu kecelakaan terjadi adalah saat anak-anak seumurnya terlelap tidur di rumah. Dul pergi tanpa pamit kepada ayahnya. Dul lebih memilih mengantarkan pacar daripada pergi dengan ayahnya di pesta pernikahan seorang artis.  Ada komentar dari seorang selebritis yang mengatakan bahwa kecelakaan tidak akan terjadi seandainya kedua orang tuanya tidak bercerai, hal ini memungkinkan. Dul lebih memilih "ngluyur tanpa  pamit ke ayahnya" bukankah ini simbolisasi bahwa rumah yang super mewah tidak lagi menarik untuknya.

Konon ceritanya setelah mengantarkan pacar Dul pun singgah ke rumah sang ibu, bukankah ini naluri anak ingin selalu dekat dengan ibunya? Ia merindukan Maia ibunya. Tak akan ada satupun kekuatan yang bisa membunuh rindu anak terhadap ibu sekalipun itu kemewahan. Ada rasa kasihan kepada Dul   kondisinya tertekan dalam arogansi orang dewasa. Ia mencari kebahagiaan dengan caranya dengan  punya pacar di usianya yang masih bocah entah pacaran yang bagaimana semoga  hanya cinta monyet saja.

Ada keharuan dibalik kasus ini. Foto ini sepertinya memberikan cerita bahwa sebenarnya Dul sangat rindu dan ingin selalu dekat ibunya. Secarik kertas dari pengadilan yang mengatakan hak asuh ada di ayahnya memberikan dampak yang amat buruk. Dul memberontak dengan caranya. Dul ingin diperhatikan bahwa ia ingin selalu dekat dengan sang ibu. Tangan ibunya begitu erat digenggamnya di saat-saat rasa sakit menderanya. Dul Dul kasihan kamu.

Kedua orang tuanya kompak dengan jawaban sama mengaku bahwa mereka tidak tahu kalau anaknya bisa setir mobil. Ayahnya memfasilitasi Dul mobil plus sopir. Ketidaktahuann kedua orang tua terhadap kemampuan Dul menetir mobil bisa diapahami. Hal ini bisa jadi karena kesibukkan mereka sampai tidak memperhatikan satu sisi dari tingkat perkembangan Dul. Atau memang Dul sendiri menyembunyikan kemahirannya menyetir. Harapan kita  semoga jawaban "tidak tahu" bukan jawaban pura-pura dengan maksud agar tidak dikejar pertanyaan lain baik dari polisi maupun wartawan. Semoga Dul tidak terobsesi game balapan saat menyetir.

Prinsip pendidikan yang diterima Dul dari ayahnya adalah pendidikan bebas aktif. Mungkin prinsip ini perlu disempurnakan dengan satu frase "tanggung jawab". Mendidik dengan prinsip bebas-aktif-bertanggung jawab itu lebih sempurna. Apa pun dan siapa pun  Dul harus diajarkan bagaimana bertanggung jawab. Dan sekarang momen tepat bagi Dul untuk bagaima belajar  bertanggung jawab, Bukankah ada tujuh nyawa mati sia-sia karena perbuatannya? Juga bertanggung jawab untuk keluarga yang ditinggalkannya.

Saya yakin orang tuanya mampu membiayai para profedional di bidangnya untuk membuat desain pembelajaran yang pas untuk Dul dengan materi tanggung jawab.  Memang dilihat dari usianya Dul tidak harus dihukum seperti hukuman untuk orang dewasa. Tetapi Dul tetap harus menjalani proses hukum sebagai bagian dari materi bagaimana bertanggung jawab. 

Dari kasus Dul ada beberapa hal yang bisa kita petik sebagai pembelajaran:
1. Pengawasan orang tua tetap nomor satu terhadap kegiatan anak-anaknya;
2. Hadiah apapun dari orang tua kepada anak adalah hak tetapi perlu dipikirkan untuk              mencari`hadiah   yang sesuai usia anak;
3. Banyak pakar/profesional di bidangnya  memberikan pendapat terhadap kasus Dul ini adalah peningkatan  pengetahuan bagi masyarakat;
4. Mengembalikan komunikasi tersendat menjadi lebih komunikatif bagi kedua orang tuanya.

Cepat sembuh ya Dul. jangan kauulangi ya.