Minggu, 22 Januari 2012

Belajar Bangkit dari Keterpurukan Melalui Film "Hafalan Shalat Delisa"



Delisa gadis kecil yang cantik, lugu, namun cerdas, memiliki hobi yang berbeda dengan anak perempuan lainnya yaitu bermain sepak bola. Hobi ini yang menggambarkan sosok dia yang egaliter menerobos batas gender. Penuh semangat itulah gambaran tokoh sentral di Film Hafalan Shalat Delisa. Sepertinya kondisi menyedihkan dampak dari tsunami tidak membuatnya harus berlama-lama tersedu sedan dan meratapi nasib. Ada semangat dari tokoh ini yang bisa diadopsi oleh siapa pun terutama mereka yang dalam kondisi terpuruk.


Hampir semua tahu bagaimana kondisi Aceh saat tertimpa musibah tsunami sekian tahun lalu begitu dasyatnya. Memperorakporandakan impian dan cita-cita semua warga Aceh yang tertimpa musibah ini. Termasuk keluarga bahagia Delisa. Ia harus kehilangan ibu yang dicintainya, tiga kakaknya, serta terpisah dari ayahnya yang sedang bekerja sebagai pelaut. Sekalipun pada akhirnya ia dipertemukan di rumah sakit saat dirawat.


Pasca dirawat ia pulang dengan kaki yang sudah diamputasi. Hidup berdua dengan ayahnya yang digambarkan sering kecewa karena masakan ayahnya tidak seenak masakan ibunya.Konflik antara Delisa dan ayahnya digarap begitu menyentuh sisi kemanusiaan. Bagaimana sang ayah marah saat Delisa tak mau makan masakaannya yang dikatakan terlalu asin. Marah, putus asa, kecewa itu ekspresi sang ayah. Keduanya bagaikan anak ayam yang kehilangan induknya. Kemarahan yang muncul sebenarnya adalah ketertekanan ujian hidup yang amat berat.

Di film ini ada simbol kalung dengan leontin huruf D. Kalung yang dibelikan oleh ibunya sebagai hadiah yang sangat diharapkan Delisa. Kalung ini hanya akan diberikan saat Delisa lulus ujian sholat. Usaha keras Delisa digambarkan dengan bagaimana  Delisa menghafal kalimat-kalimat yang ada dirangkaian doa shalat. Film ini menggambarkan bagaimana antusiame warga Aceh saat ujian shalat berlangsung. Saat ujian praktek begitu besar antusiasme orang tua murid untuk melihat dan mengikuti pembelajaran. Menguatkan Aceh sebagai Kota Serambi Mekah. Sayangnya saat ujian shalat inilah diceritakan tsunami menerjang.



Ada banyak hal yang bisa kita peroleh dari film ini. Keterpurukkan nasib kadang tidak pandang bulu siapa pun bisa memungkinkan menghadapinya. Saat keterpurukan hadir tak perlu terlalu lama meratapi tetapi segaralah bangkit. Banyak hal yang bisa dilakukan dalam "era kebangkitan" itu. Delisa banyak memberi contoh di film  ini. 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar