Minggu, 29 Juli 2012

Mengintegrasikan Tugas dan Ibadah di Ramadhan

Sebelum memasuki bulan Ramadhan saya membayangkan bahwa pekerjaan di kantor selama bulan puasa ini akan lebih ringan dan santai. Sayangnya itu hanya sekedar bayangan keinginan, kenyataannya kesibukkan tetap sama. Iya sih jam kerja berkurang antara 1,5  sampai 2 sehingga bisa pulang beberapa jam sebelum berbuka. Mungkin ini yang menyenangkan.

Memasuki hari pertama dan kedua puasa ada kantuk  yang tidak bisa diajak kompromi. Hal ini terjadi mulai pukul 9 saya merasa sangat terganggu dengan kondisi ini. Saya cukup memikirkan penyebabnya akhirnya diputuskan hari ke-3 off dari minum obat batuk kemungkinan ini penyebabnya. Alhamdulillah selanjutnya kantuk itu datang saat sehabis dhuhur tetapi tidak lagi mengganggu. Karena bisa memanfaatkan masjid untuk sekedar meluruskan kaki seusai dhuhur.

Awal Ramadhan jamaah dhuhur khusus putri meluber. Akhirnya diputuskan untuk menunggu karena pintu jamaah putri tidak dapat dibuka saking banyaknya jamaah. Ada jadwal  tetap kultum seusai dhuhur ...... beberapa kali mengikuti sayang sangat tidak menarik baik dari sisi tema, pengungkapan, sama sekali tidak eksplor  ya .... tampak ala kadarnya. Selanjutnya ambil sikap untuk tidak mengikutinya. Sekalipun tetap dhuhur seusai jamaah pertama tauziah bisa diganti via internet di tab milikku tinggal pilih dan bisa dikomentari bila memungkinkan.

Tentang kinerja di awal Ramadhan .... wow super sibuk. Ada yang sudah deadline. Lalu kenapa kok sepertinya semua "gupuh"? Bukankah ini program tahunan yang seharusnya bisa mengalir ? Hasil pencermatan saya yang mungkin keliru "masalah disposisi" saja, sederhana kan? Kemampuan seseorang sangat signifikan terhadap hasil kerja yang efektif dan efesien. Disposisi harus ditujukan kepada orang yang berkemampuan tepat. Atau mungkin alasan pemberdayaan semua? Ya kalau tidak mampu kenapa harus diteruskan hal ini membuat repot semua. Akibatnya kesibukan terjadi hanya karena harus mengulangi pekerjaan yang telah dikerjakan oleh orang yang belum memiliki kemampuan yang sesuai.

Ada strategi untuk evaluasi peristiwa di atas di antaranya: 1) Pimpinan harus memahami kemampuan setiap anak buahnya, 2) Berikan beban tugas yang sesuai dengan kemampuan yang dimiliki anak buah, dan 3) Buat program di awal tahun sekaligus penanggung jawab (siapa bekerja apa dan kapan).

Tulisan ini tersusun dari keprihatinan adanya kesibukan yang seharusnya tidak terjadi. Juga ada kepedulian terhadap anak buah yang memiliki potensi bagus akan menjadi kehabisan energi hanya karena urusan seperti ini. Di bulan baik ini saya bernawaitu untuk mengintegrasikan kinerja dengan ibadah mengaharap ridlo Illahi seraya menangguk tebaran pahala di sucinya Ramadhan. Setulus hati tanpa ada benci demi kinerja yang lebih baik.






Di bulan baik ini 









Tidak ada komentar:

Posting Komentar