Saya juga tidak paham mengapa ada dorongan dan keinginan kuat untuk menonton film "Kata Maaf Terakhir". Selama ini saya tidakbegitu menyukai film Indonesia yang bercerita tentang drama keluarga karena biasanya film seperti ini dapat dipastikan mengajak penontonnya untuk berurai air mata. Tetapi kali ini benar-benar tertarik untuk nonton filmnya Maia.
Alhamdulillah akhirnya Minggu siang terlaksana juga niat yang satu ini. Benar kan dugaan saya bahwa film ini mengajak para penontonnya menangis. Emosi penonton diaduk-aduk untuk melihat alur hidup seorang Dania yang tak berdaya ketika suaminya lebih memilih untuk hidup dengan perempuan lain yang sahabatnya sendiri.
Perampasan cinta Dania terhadap suaminya oleh sahabatnya sungguh menyakitkan. Siapapun akan merasa tersakiti bila relasi cintanya dirampok seseorang. "Sakit tahu...." mungkin itu ungkapan marah yang teramat sangat dari seseorang yang terampas hubungan cintanya. Entah itu cinta terhadap pasangannya, anak-anaknya, mungkin juga orang tuanya.
Film yang berdurasi tidak sampai dua jam ini menggambarkan keporakporandaan relasi cinta antara ayah, ibu, dan anak. Cinta, dendam, dan benci terasa berbeda tipis dan sangat tipis. Perubahan ketiganya juga tidak meminta dan memerlukan waktu yang lama sekali. Insan-insan yang mengalaminya terkadang tidak siap dengan perubahan ini.
Kita tahu Dania yang diperankan Maia janda Akhmad Dani ini memiliki alur hidup yang hampir sama dengan cerita di film ini. Baik di dalam perannya sebagai Dania maupun dalam kehidupannya seorang "Maia" benar-benar mengalami perampasan cinta yang menyakitkan. Rasa sakitnya tidak membuat perempuan ini berlama-lama terkulai hanya untuk meratapi kesedihan. Rasa sakit yang menderanya sementara ia abaikan ia bangkit dengan tegar tetap melangkah menjalani kehidupan.
Saya menjadi teringat dengan lagu karya mantan suaminya "Perempuan Paling Cantik Di Negeriku Indonesia" ada praduga jangan-jangan lagu ini sebenarnya menggambarkan tentang Maia sang mantan istri. Bagi saya seorang Maia lebih cantik dan lebih seksi dari siapapun. Kecantikan dan keseksiannya terpancar dari wajahnya yang memang "ayu", pintar, cerdas, dan intelek.
Perempuan Indonesia seharusnya bisa seperti Dania maupun Maia. Tidak akan terkulai lemah karena cinta dalam genggamannya dirampas orang lain. Rasa sakit yang menderanya
tidak membuatnya menjadi makhluk lemah yang selalu ingin dikasihi. Sosok Maia maupun Dania bisa menyublimasikan rasa sakit dalam bentuk perilaku yang positif dan produktif. Fakta yang dihadapinya diterimanya dengan lapang dada sekalipun pada mulanya ia berontak dengan kondisi seperti ini. Tetapi pada akhirnya ia berhasil menerima kondisi dan fakta yang ada. Lebih bisa dikatakan ia mengalah demi sebuah kemenangan sekalipun kemenangan itu tidak bisa diterima instan. Mungkin ini yang dikatakan dalam bahasa agama dengan kata sabar.
"Sabar" adalah kata yang sering kita terima saat kita berkonsultasi dengan kiai atau pemuka agama. Biasanya kata sabar ini akan digandengkan dengan saran dari kiai, "perbanyak istigfar ya ... bahwa semua seting kehidupan ini sudah ada yang mengatur." Ya ......... kalau sudah pada tahapan ini biasanya rasa "amat sakit" yang mendera menjadi berkurang bersamaan dengan berkurangnya rasa sesak di dada. Senyuman di bibir yang selama ini menghilangpun sudah mulai menghampiri, bibir dan wajah kita kembali cantik, berpikir mulai obyektif, enyah sudah pikiran negatif. Kembali bangkit untuk menyelesaikan banyak pekerjaan yang telah terbengkalai.
Untuk perempuan Inonesia, tegarlah!!!! Lagu ini pantas untuk kalian semua ................................
Kamu adalah perempuan paling seksi di negeriku Indonesia/Kamulah yang nomor satu/Aku tak akan bisa cintai lagi perempuan yang lainnya.
Alhamdulillah akhirnya Minggu siang terlaksana juga niat yang satu ini. Benar kan dugaan saya bahwa film ini mengajak para penontonnya menangis. Emosi penonton diaduk-aduk untuk melihat alur hidup seorang Dania yang tak berdaya ketika suaminya lebih memilih untuk hidup dengan perempuan lain yang sahabatnya sendiri.
Perampasan cinta Dania terhadap suaminya oleh sahabatnya sungguh menyakitkan. Siapapun akan merasa tersakiti bila relasi cintanya dirampok seseorang. "Sakit tahu...." mungkin itu ungkapan marah yang teramat sangat dari seseorang yang terampas hubungan cintanya. Entah itu cinta terhadap pasangannya, anak-anaknya, mungkin juga orang tuanya.
Film yang berdurasi tidak sampai dua jam ini menggambarkan keporakporandaan relasi cinta antara ayah, ibu, dan anak. Cinta, dendam, dan benci terasa berbeda tipis dan sangat tipis. Perubahan ketiganya juga tidak meminta dan memerlukan waktu yang lama sekali. Insan-insan yang mengalaminya terkadang tidak siap dengan perubahan ini.
Kita tahu Dania yang diperankan Maia janda Akhmad Dani ini memiliki alur hidup yang hampir sama dengan cerita di film ini. Baik di dalam perannya sebagai Dania maupun dalam kehidupannya seorang "Maia" benar-benar mengalami perampasan cinta yang menyakitkan. Rasa sakitnya tidak membuat perempuan ini berlama-lama terkulai hanya untuk meratapi kesedihan. Rasa sakit yang menderanya sementara ia abaikan ia bangkit dengan tegar tetap melangkah menjalani kehidupan.
Saya menjadi teringat dengan lagu karya mantan suaminya "Perempuan Paling Cantik Di Negeriku Indonesia" ada praduga jangan-jangan lagu ini sebenarnya menggambarkan tentang Maia sang mantan istri. Bagi saya seorang Maia lebih cantik dan lebih seksi dari siapapun. Kecantikan dan keseksiannya terpancar dari wajahnya yang memang "ayu", pintar, cerdas, dan intelek.
Perempuan Indonesia seharusnya bisa seperti Dania maupun Maia. Tidak akan terkulai lemah karena cinta dalam genggamannya dirampas orang lain. Rasa sakit yang menderanya
tidak membuatnya menjadi makhluk lemah yang selalu ingin dikasihi. Sosok Maia maupun Dania bisa menyublimasikan rasa sakit dalam bentuk perilaku yang positif dan produktif. Fakta yang dihadapinya diterimanya dengan lapang dada sekalipun pada mulanya ia berontak dengan kondisi seperti ini. Tetapi pada akhirnya ia berhasil menerima kondisi dan fakta yang ada. Lebih bisa dikatakan ia mengalah demi sebuah kemenangan sekalipun kemenangan itu tidak bisa diterima instan. Mungkin ini yang dikatakan dalam bahasa agama dengan kata sabar.
"Sabar" adalah kata yang sering kita terima saat kita berkonsultasi dengan kiai atau pemuka agama. Biasanya kata sabar ini akan digandengkan dengan saran dari kiai, "perbanyak istigfar ya ... bahwa semua seting kehidupan ini sudah ada yang mengatur." Ya ......... kalau sudah pada tahapan ini biasanya rasa "amat sakit" yang mendera menjadi berkurang bersamaan dengan berkurangnya rasa sesak di dada. Senyuman di bibir yang selama ini menghilangpun sudah mulai menghampiri, bibir dan wajah kita kembali cantik, berpikir mulai obyektif, enyah sudah pikiran negatif. Kembali bangkit untuk menyelesaikan banyak pekerjaan yang telah terbengkalai.
Untuk perempuan Inonesia, tegarlah!!!! Lagu ini pantas untuk kalian semua ................................
Kamu adalah perempuan paling seksi di negeriku Indonesia/Kamulah yang nomor satu/Aku tak akan bisa cintai lagi perempuan yang lainnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar