Hari ini kurencanakan aku kembali ke kantor setelah dzuhur. Paginya aku masih mengikuti diskusi dan penutupan diklat yang sudah diikuti sejak Sabtu yang lalu. Setelah sampai di kantor kulanjutkan menyelesaikan laporan kegiatan rakor di Malang yang kuikuti seminggu lalu. Sayangnya, belum sempat aku duduk tumaninah mas skuriti memnghampiri mejaku dan menyodorkan dokumen klepper dengan sampul merah. Sambil menyodorkan dokumen klepper mas skuriti memberi penjelesan awal. Penjelasannya membuatku memahami dan semakin paham saat kubuka dokumen kleeper
Aku cukup paham ternyata map itu berisi tentang surat keterangan dari berbagai instansi pemerintah dan beberapa lembaga non pemerintah seperti KONI dan Kwarda Pramuka Jatim yang menyatakan bahwa si pembawa surat akan mengadakan perjalanan ke Jakarta. Selanjutnya saya lebih suka menyebut si pembawa surat dengan sebutan "Sang Pengembara". Surat keterangan itu dilengkapi dengan foto "sang pengembara" berseragam pramuka.
Aku cukup maklum mengapa yang dituju oleh mas sekuriti itu mejaku. Seragam pramuka sang pengembara itulah yang membuatnya menemuiku. Beberapa teman di kantor sudah menganggapku identik dengan semua yang berbau pramuka. Bagiku itu tidak masalah sekalipun tugas di kantorku tidak memiliki job deskripsi atau tupoksi yang berkaitan dengan kepramukaan. Cuma yang membuatku mengernyitkan kening adalah karena "sang pengembara" itu tuna wicara.
Aku sadar benar bahwa aku tidak menguasai bahasa isyarat. Akhirnya kuputuskan untuk menggandeng salah satu teman yang kuanggap berkemampuan dalam hal bahasa isyarat untuk menemui sang pengembara. Dengan bahasa isyarat yang minimalis dan dibantu teman tadi aku mencoba berkomunikasi dengan sang pengembara. Saat kuajukan pertanyaan, "Apa kamu mau sangu?" Saat kata sangu kuucapkan kulengkapi dengan isyarat ibu jari dan telunjukku kurekatkan dan kuperlihatkan kepadanya. Ternyata dengan tegas dan tanpa ragu sang pengembara menganggukan kepala tanda setuju.
Sebagai orang baru di kantor kutanyakan kepada temanku tadi disarankan untuk menemui pimpinanku langsung. Saat pimpinanku menyampaikan bahwa itu bisa dikonsultasikan dengan bendahara yang secara kebetulan juga merangkap bendahara kwartir pramuka Surabaya. Cukup lama aku menunggu karena beliau kelihatannya sedang menyelesaikan pekerjaan dengan anak-anak yang sedang PSG. Ya ... sabar menanti sekalipun aku tetap kepikiran dengan sang pengembara di luar ruangan. Akhirnya terjadi pula dialog kilat bendahara denganku. Intinya ia tidak berani mengeluarkan uang karena belum ada persetujuan dari ketua. Sarannya agar sang pengembara datang ke kantor kwarcab pramuka Surabaya. Ya ... kucoba memahami jawaban bendahara yang sudah sangat senior ini.
Saat kutemui kembali sang pengembara, kutuliskan alamat Kwarcab Pramuka Surabaya dengan bahasa isyarat kukatakan bahwa ia harus ke kwarcab pramuka Surabaya. Jawaban yang kuperoleh bahwa ia dari sana dan diminta untuk ke kantor ini. Mungkin ... kemungkinan ini prediksiku kwarcab menyarankan untuk datang ke kantor ini karena memang ada beberapa pengurus di kantor ini termasuk bendahara. Saran yang wajar memang.
Di pikiranku yang ada bahwa sang pengembara memang perlu bantuan uang saku. Agak sedikit lega saat persepsiku memberitahu kemungkinan surat-surat keterangan yang dibawanya saat diterima oleh sang pengembara juga sekaligus ia memperoleh uang saku. Ya ... mungkin itu untuk lebih menghibur dan mengalihkan fokusku dari kekhawatiran. Tetapi ada kekhawatiran lain sebenarnya yaitu bahwa ia seorang perempuan yang relatif masih muda adakah kondisi aman akan ia peroleh selama perjalanan?
Harapanku semoga ia akan memperolehnya. Aku teringat tadi pagi saat pulang diklat aku mendapat uang saku dari panitia diklat. Akhirnya kusisihkan sebagian kecil untuk sang pengembara. Hanya sebagian kecil. Kalau aku menuliskannya di sini bukan karena aku pamer atau ria tetapi lebih karena ingin menolongnya untuk segera melanjutkan perjalannya ke ibukota.
Akhirnya doaku untuk sang pengembara semoga selama perjalanan akan lancar karena keamanan utamanya untuk perempuan di negeri terjamin dan terpelihara. Semoga sampai di tujuan dengan selamat dan mmemperoleh kenangan indah selama perjalanan.. Selamat jalan.
Aku cukup maklum mengapa yang dituju oleh mas sekuriti itu mejaku. Seragam pramuka sang pengembara itulah yang membuatnya menemuiku. Beberapa teman di kantor sudah menganggapku identik dengan semua yang berbau pramuka. Bagiku itu tidak masalah sekalipun tugas di kantorku tidak memiliki job deskripsi atau tupoksi yang berkaitan dengan kepramukaan. Cuma yang membuatku mengernyitkan kening adalah karena "sang pengembara" itu tuna wicara.
Aku sadar benar bahwa aku tidak menguasai bahasa isyarat. Akhirnya kuputuskan untuk menggandeng salah satu teman yang kuanggap berkemampuan dalam hal bahasa isyarat untuk menemui sang pengembara. Dengan bahasa isyarat yang minimalis dan dibantu teman tadi aku mencoba berkomunikasi dengan sang pengembara. Saat kuajukan pertanyaan, "Apa kamu mau sangu?" Saat kata sangu kuucapkan kulengkapi dengan isyarat ibu jari dan telunjukku kurekatkan dan kuperlihatkan kepadanya. Ternyata dengan tegas dan tanpa ragu sang pengembara menganggukan kepala tanda setuju.
Sebagai orang baru di kantor kutanyakan kepada temanku tadi disarankan untuk menemui pimpinanku langsung. Saat pimpinanku menyampaikan bahwa itu bisa dikonsultasikan dengan bendahara yang secara kebetulan juga merangkap bendahara kwartir pramuka Surabaya. Cukup lama aku menunggu karena beliau kelihatannya sedang menyelesaikan pekerjaan dengan anak-anak yang sedang PSG. Ya ... sabar menanti sekalipun aku tetap kepikiran dengan sang pengembara di luar ruangan. Akhirnya terjadi pula dialog kilat bendahara denganku. Intinya ia tidak berani mengeluarkan uang karena belum ada persetujuan dari ketua. Sarannya agar sang pengembara datang ke kantor kwarcab pramuka Surabaya. Ya ... kucoba memahami jawaban bendahara yang sudah sangat senior ini.
Saat kutemui kembali sang pengembara, kutuliskan alamat Kwarcab Pramuka Surabaya dengan bahasa isyarat kukatakan bahwa ia harus ke kwarcab pramuka Surabaya. Jawaban yang kuperoleh bahwa ia dari sana dan diminta untuk ke kantor ini. Mungkin ... kemungkinan ini prediksiku kwarcab menyarankan untuk datang ke kantor ini karena memang ada beberapa pengurus di kantor ini termasuk bendahara. Saran yang wajar memang.
Di pikiranku yang ada bahwa sang pengembara memang perlu bantuan uang saku. Agak sedikit lega saat persepsiku memberitahu kemungkinan surat-surat keterangan yang dibawanya saat diterima oleh sang pengembara juga sekaligus ia memperoleh uang saku. Ya ... mungkin itu untuk lebih menghibur dan mengalihkan fokusku dari kekhawatiran. Tetapi ada kekhawatiran lain sebenarnya yaitu bahwa ia seorang perempuan yang relatif masih muda adakah kondisi aman akan ia peroleh selama perjalanan?
Harapanku semoga ia akan memperolehnya. Aku teringat tadi pagi saat pulang diklat aku mendapat uang saku dari panitia diklat. Akhirnya kusisihkan sebagian kecil untuk sang pengembara. Hanya sebagian kecil. Kalau aku menuliskannya di sini bukan karena aku pamer atau ria tetapi lebih karena ingin menolongnya untuk segera melanjutkan perjalannya ke ibukota.
Akhirnya doaku untuk sang pengembara semoga selama perjalanan akan lancar karena keamanan utamanya untuk perempuan di negeri terjamin dan terpelihara. Semoga sampai di tujuan dengan selamat dan mmemperoleh kenangan indah selama perjalanan.. Selamat jalan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar