"Ini mental guru. Ini sudah seperti maling kalau saya bilang," kata Ahok.
Sengaja kutipan dari media online Merdeka.com saya letakkan di baris paling atas tulisan ini. Isi kalimatnya begitu kasar. Merah telinga yang mendengarnya. Guru dikatakan maling adalah hal sudah sangat ekstrim. Selama ini ada lebel melekat pada diri guru adalah hal-hal yang baik-baik saja.. Citra guru sama sekali jauh dari perilaku buruk "maling". Guru biasa dininabobokan dengan kalimat-kalimat yang identik dengan pujian, santun, dan jauh dari aroma "kasar". Tetapi tidak untuk wakil Gubernur DKI, Basuki Cahaya Purnama atau lebih populer dengan panggilan Ahok.
Lalu apakah semua guru atau guru-guru tertentu ya yang dimarahi Ahok? Ternyata tidak semua guru di DKI terkena marahnya. Guru-guru yang dimaksud Ahok itu mengerucut kepada guru-guru yang mengadu nasib untuk mengikuti lelang jabatan kepala sekolah.yang diadakan Pemerintah Daerah (Pemda DKI). Lho mengapa Ahok begitu marahnya kepada mereka? Ya menurutnya ada hal yang kurang beres dalam pelaksanaan lelang jabatan kali ini.. " Tercium ada kecurangan, di mana soal dan jawaban yang dibuat Dinas Pendidikan, bocor ke peserta," (Merdeka.Com.18/12/2013)
Aroma kecuranganlah yang membuat Ahok marah. Mari kita mencoba memahami kemarahan dasyat dari seorang Ahok. Siapa pun termasuk Ahok merasa aneh dan kecewa bila guru sudah berani "bermain-main" di ranah kejujuran. Kalau muridnya bawa bocoran soal dilarang, gurunya harus konsisten dong jangan pula berkasak-kusuk mencari bocoran soal. Bocoran tes calon kepala sekolah lagi, bagaimana ia nanti memimpin bila dimulai dengan ketidakjujuran atau ketidak - PD-an? Ingat mencontek dan mencari bocoran soal adalah salah satu indikator individu yang kurang percaya diri (tidak PD). Guru harus PD. Guru juga harus mempunyai niat baik untuk membangun budaya malu mencotek atau malu mencari bocoran soal. Marah Ahok adalah hal wajar ekspresi dari ketidakpuasan terhadap perilaku guru peserta lelang jabatan di provinsi yang dipimpinnya.
Setelah dicermati dari kegiatan lelang jabatan kepala sekolah di DKI Jakarta ada hal yang membuat kita bertanya. Mengapa lelang jabatan atau seleksi calon kepala sekolah pembuat soal tesnya Dinas Pendidikan DKI? Ada keraguan terkait kualitas soal tes yang dihasilkan. Mengapa harus Dinas Pendidikan? Bukankah di Dinas pendidikan pekerjaan sudah sangat padat? Lalu siapa ya orang-orangnya? Hal yang menyedihkan dampak dari aroma kecurangan ini Ahok mengancam untuk mem-polisikan"Kepala Dinas Pendidikan DKI Jakarta bila itu memang benar adanya. Bukankah bila antar pimpinan sudah saling mengancam berpengaruh pada iklim kerja yang kurang bagus?
Akhirnya saya hanya ingin menyampaikan sedikit saran kepada Ahok:
- Tugas Dinas Pendidikan DKI Jakarta dalam hal tes seleksi kepala sekolah (lelang jabatan kepala sekolah) adalah penyelenggara;
- Pembuat soal tes sekaligus penilai peserta calon kepala sekolah sebaiknya dari tenaga profesional misal kerja sama UI atau UNJ;
- Dinas Pendidikan Kota Surabaya bekerja sama dengan UNESA sudah melakukannya;
- Silakan buka web milik Dinas pendidikan Kota Surabaya terkait seleksi calon kepala sekolah dapat dipelajari.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar