Dana dan Rai adalah kakak dan adik yang menjadi tokoh utama di film "Meraih Mimpi". Film yang mengklaim dirinya sebagai film animasi dengan biaya termahal dan garapan para animator asli Indonesia walaupun semua itu masih di bawah arahan sutradara Phil Mitchel dari Kanada. Karakter kedua kakak beradik ini sangat bagus untuk dicontoh anak-anak Indonesia. Film Meraih Mimpi memberikan harapan kepada kita film ini dapat memberikan jawaban atas kerinduan anak-anak Indonesia yang selama ini dibanjiri film animasi luar utamanya produk Walts Disney. Dana Rai menawarkan rasa "keindonesiaan" asli yang memang sedang dirindukan anak-anak negeri ini.
Ketika kita berbicara masalah film animasi anak kita teringat bulan Ramadhan kemarin ada TV swasta yang menayangkan film animasi produksi Malaysia dengan judul "Ipin dan Upin". Dilihat dari sisi gambar lebih natural, lebih pas, dan lebih sinkron dalam hal gerakan para tokohnya. Hal ini mungkin yang masih harus diakui kita bahwa para sineas kita bidang animasi harus mau lebih banyak lagi belajar. Tetapi apa pun alasannya Meraih Mimpi tetap perlu kita apresiasi sebagai karya budaya bangsa sendiri.
Hal yang cukup menarik dari film ini adalah ketika kita menonton film garapan Nia Dinata ini di antaranya :
1. Memberikan ruang yang luas terhadap budaya pluralis terbukti Nia memberikan ruang bebas kepada pemainnya untuk menggunakan multi logat seperti Batak, logat Malaysia, "Ngapak-Ngapak " atau Banyumasan, dan juga ada logat Sunda. Ataukah ini menggambarkan harapan Nia Indonesia yang multietnis tetap bersatu padu?
2. Penggunaan logat bahasa Malaysia, kenapa harus malaysia? Ataukah Nia mengingatkan kita bahwa negeri jiran yang satu ini suka bikin "heboh" di negeri kita, coba perhatikan: Siapa yang kapal selamnya bolak-balik memasuki wilayah RI? Malaysia kan? Siapa yang mau mencaplok pulau-pulau luar milik Indonesia? Malaysia kan? Siapa yang mengklaim bahwa tari Pendet dan batik karya budaya bangsanya? Malasia kan? Atau memang kita sendiri yang suka diperlakukan seperti itu oleh Malaysia? Jangan-jangan kita ini ini benci tapi cinta terhadap Malaysia? Buktinya Meraih Mimpi memberikan ruang untuk logat ini dengan scene yang cukup lumayan panjang. Wallahualam.
3. Menampilkan sosok "perempuan" sebagai pahlawan pembela kaum lemah melalui tokoh "Dana". Kenapa ya? Apakah karena Nia perempuan ataukah Nia ingin memberitahu kita bahwa perempuan pun "bisa" sekuat laki-laki asal diberi kesempatan yang sama dengan laki-laki? Tetapi apaun alasan Nia boleh-boleh saja.
4. Mimpi Nia tentang persatuan dan kesatuan? Ya ... bisa jadi. Perhatikan scene yang menggambarkan bersatunya para warga desa inklud di dalamnya semua satwa yang ada di hutan sisi desa. Jelas menggambarkan bahwa sosok lemah akan menjadi kuat ketika bersatu padu menghadapi kekuatan lain. Ya .... rakyat bersatu melawan penguasa yang dzalim dalam hal Tuan Pairot dan kroni. Akhirnya kemenangan ada di tangan si lemah yang menjadi kuat karena menggalang persatuan dan kesatuan.
Rasanya hal yang tepat bila kita menyampaikan terima kasih kepada sineas perempuan muda seperti Nia Dinata. Dalam berkarya Nia masih peduli terhadap keberadaan masa depan anak-anak Indonesia. Kita tidak ingin anak-anak kita lebih tahu takoh-tokoh kartun yang didominasi tokoh/pahlawan versi Amerika, Nia mencobanya memberi varian lain bahwa ada anak Indonesia yang bisa dicontoh perilakunya seperti Dana dan Rai. Sebuah angin segar dengan sasaran anak-anak Indonesia tidak tercerabut dari akarnya sebagai bangsa negeri ini. Terima kasih ya ... Nia.
Ketika kita berbicara masalah film animasi anak kita teringat bulan Ramadhan kemarin ada TV swasta yang menayangkan film animasi produksi Malaysia dengan judul "Ipin dan Upin". Dilihat dari sisi gambar lebih natural, lebih pas, dan lebih sinkron dalam hal gerakan para tokohnya. Hal ini mungkin yang masih harus diakui kita bahwa para sineas kita bidang animasi harus mau lebih banyak lagi belajar. Tetapi apa pun alasannya Meraih Mimpi tetap perlu kita apresiasi sebagai karya budaya bangsa sendiri.
Hal yang cukup menarik dari film ini adalah ketika kita menonton film garapan Nia Dinata ini di antaranya :
1. Memberikan ruang yang luas terhadap budaya pluralis terbukti Nia memberikan ruang bebas kepada pemainnya untuk menggunakan multi logat seperti Batak, logat Malaysia, "Ngapak-Ngapak " atau Banyumasan, dan juga ada logat Sunda. Ataukah ini menggambarkan harapan Nia Indonesia yang multietnis tetap bersatu padu?
2. Penggunaan logat bahasa Malaysia, kenapa harus malaysia? Ataukah Nia mengingatkan kita bahwa negeri jiran yang satu ini suka bikin "heboh" di negeri kita, coba perhatikan: Siapa yang kapal selamnya bolak-balik memasuki wilayah RI? Malaysia kan? Siapa yang mau mencaplok pulau-pulau luar milik Indonesia? Malaysia kan? Siapa yang mengklaim bahwa tari Pendet dan batik karya budaya bangsanya? Malasia kan? Atau memang kita sendiri yang suka diperlakukan seperti itu oleh Malaysia? Jangan-jangan kita ini ini benci tapi cinta terhadap Malaysia? Buktinya Meraih Mimpi memberikan ruang untuk logat ini dengan scene yang cukup lumayan panjang. Wallahualam.
3. Menampilkan sosok "perempuan" sebagai pahlawan pembela kaum lemah melalui tokoh "Dana". Kenapa ya? Apakah karena Nia perempuan ataukah Nia ingin memberitahu kita bahwa perempuan pun "bisa" sekuat laki-laki asal diberi kesempatan yang sama dengan laki-laki? Tetapi apaun alasan Nia boleh-boleh saja.
4. Mimpi Nia tentang persatuan dan kesatuan? Ya ... bisa jadi. Perhatikan scene yang menggambarkan bersatunya para warga desa inklud di dalamnya semua satwa yang ada di hutan sisi desa. Jelas menggambarkan bahwa sosok lemah akan menjadi kuat ketika bersatu padu menghadapi kekuatan lain. Ya .... rakyat bersatu melawan penguasa yang dzalim dalam hal Tuan Pairot dan kroni. Akhirnya kemenangan ada di tangan si lemah yang menjadi kuat karena menggalang persatuan dan kesatuan.
Rasanya hal yang tepat bila kita menyampaikan terima kasih kepada sineas perempuan muda seperti Nia Dinata. Dalam berkarya Nia masih peduli terhadap keberadaan masa depan anak-anak Indonesia. Kita tidak ingin anak-anak kita lebih tahu takoh-tokoh kartun yang didominasi tokoh/pahlawan versi Amerika, Nia mencobanya memberi varian lain bahwa ada anak Indonesia yang bisa dicontoh perilakunya seperti Dana dan Rai. Sebuah angin segar dengan sasaran anak-anak Indonesia tidak tercerabut dari akarnya sebagai bangsa negeri ini. Terima kasih ya ... Nia.
0 komentar:
Posting Komentar